Social Icons

Pages

Senin, 30 September 2013

Mengawali Sedekah dengan Satu Dus Mie Instant

Awalnya ia tak pernah yakin dengan apa yang dijanjikan Allah. Sehingga melakukan sesuatu yang diperintahkan Allah pun tak pernah dilakukannya. Lambat laun terjawab sudah, ternyata ada peristiwa yang sulit diterima akal terlihat di depan matanya. Terketuklah hatinya untuk selalu berbagi dengan sesama tiada henti.
    Selintas jika mengenal dr Isdwiranto Iskanto mungkin orang menyangka dia berprofesi hanya sebagai dokter umum saja. Namun setelah mengenal lebih dekat ternyata ia tercatat sebagai anggota TNI AU bagian kesehatan. Ia berpangkat Letkol dan sebentar lagi akan menjadi Kolonel. “Sebenarnya saya malu untuk mengungkapkan apa yang selama ini telah saya alami takut nanti dikatakan riya. Tapi kalau sebagai motivasi untuk orang lain, saya bersedia bercerita,” ucapnya membuka perbincangan dengan Mutiara Yatim pada sebuah malam setelah berjalan-jalan akhir pekan bersama keluarganya.

Pengabdiannya sebagai dokter terasa pantas untuk dibanggakan paling tidak untuk dirinya. Baginya, mengabdi itu bisa di mana saja. Pikiran awalnya menjadi seorang dokter hanya untuk mencari uang dan kesenangan, tetapi lambat laun hal itu berubah seratus delapan puluh derajat setelah mengalami hal-hal di luar akal sehatnya sesudah melakukan sedekah. “Saya percaya dokter itu bisa jadi malaikat atau jadi syetan sekalipun. Malaikat itu bisa menolong orang sakit dan membantu kesembuhannya melalui ikhtiar yang dilakukan juga bisa jadi syetan yang memenuhi syahwatnya untuk mendapatkan bentuk material berlebih semata. Soal harta, itu sudah dijamin Allah dan insya Allah jika melakukan kebaikan dengan penuh keikhlasan tentunya  akan dibalas dengan berlipat ganda serta surga yang paling utama, dan itulah yang selalu menjadi tujuan saya,” imbuh pria yang lahir di Jakarta 20 Oktober 1964, dan ia mengakui  tak pernah memberikan obat yang mahal untuk pasien kalau ada yang lebih murah bahkan untuk operasi bagi orang miskin, tak dibayar sekalipun tak mengapa.
Terkait  sikapnya yang peduli kepada mereka yang membutuhkan, suami Meita Indiastiati menjelaskan sesungguhnya kedua orangtuanya adalah orang biasa-biasa saja, bahkan ayahnya saat ingin Shalat justru ia tak mampu mengajarkannya. Katanya, bagaimana ia mengajarkan Shalat kepada ayahnya, ia sendiri tak paham gerakan dan bacaan Shalat. Bahkan ia mengakui, dirinya merupakan orang yang bisa disebut bandel dan termasuk orang yang terlambat dalam urusan beribadah. Tak heran kalau ada orang yang mengingatkannya ibadah kala itu, jawabnya enteng, saya akan ibadah kalau sudah melihat-hal-hal yang gaib. “Justru perkataan itu dijawab Allah secara langsung. Saya sempat kaget tapi saya konsekuen dengan perkataan saya, Mulailah saya beribadah seraya belajar dengan ilmunya, “ kata ayah yang telah dikaruniai empat orang anak ini.
Allah Maha Besar. Tak dinyana olehnya, ia mampu menyelesaikan S3-nya di Universitas Airlangga Surabaya dan ia meminta secara khusus melalui Shalat Tahajud yang selalu dilakukannya. Lulus dengan nilai terbaik dan mendapatkan sejumlah uang atas prestasi yang diraihnya itu. Padahal satu hari sebelum ujian, tanpa sengaja ia bertemu dengan seseorang yang berbadan besar dan berambut gimbal, pokoknya layakya seorang preman. Saat orang itu tertawa-tawa, ia pun ikut tersenyum. Di luar dugaan ia malah dibentak orang tersebut, Sial benar, padahal dirinya seorang perwira angkata udara, kok sempat-sempatnya dibentak dan dimarahi orang tak dikenal bahkan sampai dipukul. Ia menyempatkan bertanya “kenapa kamu bentak dan pukul saya?”. Orang yang ditanya olehnya menjawab, “hal itu terjadi karena Bapak mungkin nggak pernah sedekah”. Bahkan katanya bila tak sedekah maka Bapak akan mengalami kejadian yang lebih parah lagi. Saya terheran-heran dan bengong. padahal saya tidak kenal orang ini“Saat itu saya cuma punya uang 50.000. Saya belikan saja satu dus mie instan, dan benar,  ternyata yang saya lakukan itu, berbuah sesuatu yang manis termasuk lulus S3,” kenangnya. Dan ia hanya tersenyum simpul saat tahu lelaki berbadan besar berambut gimbal yang memukulnya, ternyata orang gila, karena ia pernah menemui suatu ketika orang tersebut terlihat makan sesuatu yang diambil dari tempat sampah.
Begitupun saat sang ayah meninggal di mana banyak harta yang ditinggalkannya. Tanpa ragu ia sedekahkan, Ia sadar bahwa anak yang salehlah yang membuat amal almarhun ayahnya akan terus jalan. Bahkan sekitar tahun 2008 dirinya harus masuk ruang ICU karena penyakit jantung dan menurut dokter yang menanganinya sulit untuk disembuhkan. Tergambarlah kematian akan menimpa. Sebelum hal itu terjadi maka ia sedekahkan harta yang dimilikinya untuk mesjid yang ada di RS AU dr Salamun di kawasan Ciumbuleuit, Kota Bandung.”Alhamdulillah saya sembuh dari penyakit itu,” ucap dokter yang menjabat sebagai Ketua Komite Medis RS AU Hardjo Loekito, Yogyakarta ini.
Baginya, melakukan hal yang bermanfaat bagi orang lain adalah kebahagiaan yang luar biasa dan mengingatkan kalau kesembuhan itu datang dari Allah bukan hasil dirinya. Bahkan sebuah pengalaman yang tak bisa diterima dengan akalnya pernah terjadi. Ia menangani pasien yang secara teoritis sulit disembuhkan bahkan kematian itu kemungkinan besarnya. Pasien itu adalah anak pembantu di sebuah gereja. Dokter Is menyarankan untuk sedekah kapada orang tua anak tersebut. Orang itu hanya punya uang seribu rupiah karena datang ke RS pun menggunakan SKTM. “Saya suruh untuk bersedekah saja kepada peminta-minta dengan menggunakan uang sebesar lima ratus perak saja. Saya lakukan operasi dan ternyata pasien itu benar-benar sembuh,” terang lelaki yang memiliki moto hidup “Beribadah Kepada Allah Untuk Memudahkan Jalan Menuju Surga”.
Dari kejadian yang dialaminya itu, ia bisa mendapatkan hikmah yang luar biasa dimana dirinya semakin terus beribadah dan selalu haus untuk bisa berbuat untuk orang lain. Hingga tak salah jika dirinya selain menjalankan Shalat wajib juga terus melakukan Shalat Sunnah. Bahkan tak jarang saat operasi selalu menyempatkan Shalat wajib seraya meminta kesembuhan bagi pasien yang ditanganinya. “Pokoknya pasien yang ditangani selalu saya doakan untuk bisa sembuh bahkan keluarganya pun disarankan untuk sedekah,” tegasnya.
Kejadian yang terjadi di luar akal sehatnya itu, membuatnya semakin termotivasi untuk bisa memberikan manfaat bagi banyak orang. Tetapi dalam perjalanannya ia pun mengakui banyak pasien yang tidak memahami agama. Namun ia  tetap berusaha menjelaskan bahwa apa yang dilakukannya hanyalah sebuah ikhtiar sebab yang menyembuhkannya tetap saja Allah. Sebaliknya sebagai manusia biasa, Pak Dokter yang satu ini pun mengatakan tidak sedikit pula pasien yang ditangani ada yang meninggal pula walaupun sebenarnya kondisinya tak terlalu parah. Ia merasa sedih tetapi tetap ia yakin dan yang menjadikannya itu hanyalah Allah. “saya sempat sedih dan itu telihat oleh ayah saya. Dia tanya mengapa saya bersedih ? Saya jawab saya gagal menangani pasien pasien itu meninggal. Ayah bicara itu sudah ketentuan Allah dan saat ayah sakit terus wafat saya juga tak bisa menolongnya. Saya sadar segala sesuatunya telah ditentukan oleh Allah,” ujar pria yang mengidolakan Rasulullah dalam hidupnya.
Ia merasa bahagia karena apa yang dilakukannya mendapat dukungan penuh dari keluarganya. Bahkan kalau ada rezeki, keluarganya pun selalu berbagi dengan anak-anak yatim atau orang yang membutuhkan. Ia berusaha memberi contoh bagi anak-anaknya. Tetapi tak pernah malu mengikuti apa yang dilakukan anaknya bila melakukan sesuatu yang baik. Misal dalam sebuah kesemnpatan anaknya selalu Shalat berjamaah di masjid, maka ia ikuti pula dan ia mendapatkan hal yang sangat berharga dalam hidupnya.
Untuk membuat dirinya tetap istiqomah dalam berbuat kebaikan kepada orang lain ia selalu berdoa kepada Allah agar tetap bisa melakukan kebaikannya dengan penuh keikhlasan. Bahkan dia mengakui godaan terberat bukan dari luar tetapi dari dalam dirinya yang terkadang membuat hatinya terganggu karena itu. “Saya berusaha berlindung dari godaan syetan yang terkutuk yang selalu mengganggu agar apa yang saya lakukan itu tak memiliki arti,” terang lelaki yang memiliki makanan favorit seluruh makanan yang telah dihalalkan oleh Allah.
Dokter lulusan S1 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, lulus sebagai Dokter Spesialis  Bedah dari UNPAD dan lulus S3 di Unair berpesan kepada siapapun mesti menyadari dalam harta yang dimiliki ada hak untuk bagi orang. Marilah kita berbagi dengan harta atau apa saja yang bisa dibagikan bagi orang. “Kalau bisa apa yang dilakukan itu, jangan mengharapkan sesuatu balasan dari kebaikan yang kita lakukan. Baiknya kita adalah melakukannya secara ikhlas mengharap kebaikan dari Allah saja dan jelas semua yang dilakukan itu harus berdasarkan ilmunya juga,” pungkasnya dalam sebuah kesempatan yang penuh keberkahan.***(TIM MUTIARA YATIM)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Sample Text