Awalnya
ia tak pernah yakin dengan apa yang dijanjikan Allah. Sehingga melakukan
sesuatu yang diperintahkan Allah pun tak pernah dilakukannya. Lambat laun
terjawab sudah, ternyata
ada peristiwa yang sulit diterima akal terlihat di depan matanya. Terketuklah
hatinya untuk selalu berbagi dengan sesama tiada henti.
Selintas jika mengenal dr Isdwiranto
Iskanto mungkin orang menyangka dia berprofesi hanya sebagai dokter umum saja.
Namun setelah mengenal lebih dekat ternyata ia tercatat sebagai anggota TNI AU
bagian kesehatan. Ia berpangkat Letkol dan sebentar lagi akan menjadi Kolonel.
“Sebenarnya saya malu untuk mengungkapkan apa yang selama ini telah saya alami
takut nanti dikatakan riya. Tapi kalau sebagai motivasi untuk
orang lain, saya bersedia bercerita,” ucapnya membuka perbincangan dengan Mutiara
Yatim pada sebuah
malam setelah berjalan-jalan akhir pekan bersama keluarganya.
Pengabdiannya sebagai dokter terasa pantas untuk dibanggakan
paling tidak untuk dirinya. Baginya, mengabdi itu bisa di mana saja. Pikiran
awalnya menjadi seorang dokter hanya untuk mencari uang dan kesenangan, tetapi
lambat laun hal itu berubah seratus delapan puluh derajat setelah mengalami
hal-hal di luar akal sehatnya sesudah melakukan sedekah. “Saya percaya dokter
itu bisa jadi malaikat atau jadi syetan sekalipun. Malaikat itu bisa menolong
orang sakit dan membantu kesembuhannya melalui ikhtiar yang dilakukan juga bisa
jadi syetan yang memenuhi syahwatnya untuk mendapatkan bentuk material berlebih
semata. Soal harta, itu sudah dijamin Allah dan insya Allah jika melakukan
kebaikan dengan penuh keikhlasan tentunya akan dibalas dengan berlipat
ganda serta surga yang paling utama, dan itulah yang selalu menjadi tujuan
saya,” imbuh pria yang lahir di Jakarta 20 Oktober 1964, dan ia mengakui
tak pernah memberikan obat yang mahal untuk pasien kalau ada yang lebih murah
bahkan untuk operasi bagi orang miskin, tak dibayar sekalipun tak mengapa.
Terkait sikapnya yang peduli kepada mereka yang
membutuhkan, suami Meita Indiastiati menjelaskan sesungguhnya kedua orangtuanya
adalah orang biasa-biasa saja, bahkan ayahnya saat ingin Shalat justru ia tak
mampu mengajarkannya. Katanya, bagaimana ia mengajarkan Shalat kepada ayahnya,
ia sendiri tak paham gerakan dan bacaan Shalat. Bahkan ia mengakui, dirinya
merupakan orang yang bisa disebut bandel dan termasuk orang yang terlambat
dalam urusan beribadah. Tak heran kalau ada orang yang mengingatkannya ibadah
kala itu, jawabnya enteng, saya akan ibadah kalau sudah melihat-hal-hal yang
gaib. “Justru perkataan itu dijawab Allah secara langsung. Saya sempat kaget
tapi saya konsekuen dengan perkataan saya, Mulailah saya beribadah seraya
belajar dengan ilmunya, “ kata ayah yang telah dikaruniai empat orang anak ini.
Allah Maha Besar. Tak dinyana olehnya, ia mampu menyelesaikan
S3-nya di Universitas Airlangga Surabaya dan ia meminta secara khusus melalui
Shalat Tahajud yang selalu dilakukannya. Lulus dengan nilai terbaik dan
mendapatkan sejumlah uang atas prestasi yang diraihnya itu. Padahal satu hari
sebelum ujian, tanpa sengaja ia bertemu dengan seseorang yang berbadan besar
dan berambut gimbal, pokoknya layakya seorang preman. Saat orang itu
tertawa-tawa, ia pun ikut tersenyum. Di luar dugaan ia malah dibentak orang
tersebut, Sial benar, padahal dirinya seorang perwira angkata udara, kok
sempat-sempatnya dibentak dan dimarahi orang tak dikenal bahkan sampai dipukul.
Ia menyempatkan bertanya “kenapa kamu bentak dan pukul saya?”. Orang yang
ditanya olehnya menjawab, “hal itu terjadi karena Bapak mungkin nggak pernah
sedekah”. Bahkan katanya bila tak sedekah maka Bapak akan mengalami kejadian
yang lebih parah lagi. Saya terheran-heran dan bengong. padahal saya tidak
kenal orang ini“Saat itu saya cuma punya uang 50.000. Saya belikan saja satu
dus mie instan, dan benar, ternyata yang saya lakukan itu, berbuah
sesuatu yang manis termasuk lulus S3,” kenangnya. Dan ia hanya tersenyum simpul
saat tahu lelaki berbadan besar berambut gimbal yang memukulnya, ternyata orang
gila, karena ia pernah menemui suatu ketika orang tersebut terlihat makan
sesuatu yang diambil dari tempat sampah.
Begitupun saat sang ayah meninggal di mana banyak harta yang
ditinggalkannya. Tanpa ragu ia sedekahkan, Ia sadar bahwa anak yang salehlah
yang membuat amal almarhun ayahnya akan terus jalan. Bahkan sekitar tahun 2008
dirinya harus masuk ruang ICU karena penyakit jantung dan menurut dokter yang
menanganinya sulit untuk disembuhkan. Tergambarlah kematian akan menimpa.
Sebelum hal itu terjadi maka ia sedekahkan harta yang dimilikinya untuk mesjid
yang ada di RS AU dr Salamun di kawasan Ciumbuleuit, Kota
Bandung.”Alhamdulillah saya sembuh dari penyakit itu,” ucap dokter yang
menjabat sebagai Ketua Komite Medis RS AU Hardjo Loekito, Yogyakarta ini.
Baginya, melakukan hal yang bermanfaat bagi orang lain adalah
kebahagiaan yang luar biasa dan mengingatkan kalau kesembuhan itu datang dari
Allah bukan hasil dirinya. Bahkan sebuah pengalaman yang tak bisa diterima
dengan akalnya pernah terjadi. Ia menangani pasien yang secara teoritis sulit
disembuhkan bahkan kematian itu kemungkinan besarnya. Pasien itu adalah anak
pembantu di sebuah gereja. Dokter Is menyarankan untuk sedekah kapada orang tua
anak tersebut. Orang itu hanya punya uang seribu rupiah karena datang ke RS pun
menggunakan SKTM. “Saya suruh untuk bersedekah saja kepada peminta-minta dengan
menggunakan uang sebesar lima ratus perak saja. Saya lakukan operasi dan
ternyata pasien itu benar-benar sembuh,” terang lelaki yang memiliki moto hidup
“Beribadah Kepada Allah Untuk Memudahkan Jalan Menuju Surga”.
Dari kejadian yang dialaminya itu, ia bisa mendapatkan hikmah
yang luar biasa dimana dirinya semakin terus beribadah dan selalu haus untuk
bisa berbuat untuk orang lain. Hingga tak salah jika dirinya selain menjalankan
Shalat wajib juga terus melakukan Shalat Sunnah. Bahkan tak jarang saat operasi
selalu menyempatkan Shalat wajib seraya meminta kesembuhan bagi pasien yang
ditanganinya. “Pokoknya pasien yang ditangani selalu saya doakan untuk bisa
sembuh bahkan keluarganya pun disarankan untuk sedekah,” tegasnya.
Kejadian yang terjadi di luar akal sehatnya itu, membuatnya
semakin termotivasi untuk bisa memberikan manfaat bagi banyak orang. Tetapi
dalam perjalanannya ia pun mengakui banyak pasien yang tidak memahami agama.
Namun ia tetap berusaha menjelaskan bahwa apa yang dilakukannya hanyalah
sebuah ikhtiar sebab yang menyembuhkannya tetap saja Allah. Sebaliknya sebagai
manusia biasa, Pak Dokter yang satu ini pun mengatakan tidak sedikit pula
pasien yang ditangani ada yang meninggal pula walaupun sebenarnya kondisinya
tak terlalu parah. Ia merasa sedih tetapi tetap ia yakin dan yang menjadikannya
itu hanyalah Allah. “saya sempat sedih dan itu telihat oleh ayah saya. Dia
tanya mengapa saya bersedih ? Saya jawab saya gagal menangani pasien pasien itu
meninggal. Ayah bicara itu sudah ketentuan Allah dan saat ayah sakit terus
wafat saya juga tak bisa menolongnya. Saya sadar segala sesuatunya telah
ditentukan oleh Allah,” ujar pria yang mengidolakan Rasulullah dalam hidupnya.
Ia merasa bahagia karena apa yang dilakukannya mendapat dukungan
penuh dari keluarganya. Bahkan kalau ada rezeki, keluarganya pun selalu berbagi
dengan anak-anak yatim atau orang yang membutuhkan. Ia berusaha memberi contoh
bagi anak-anaknya. Tetapi tak pernah malu mengikuti apa yang dilakukan anaknya
bila melakukan sesuatu yang baik. Misal dalam sebuah kesemnpatan anaknya selalu
Shalat berjamaah di masjid, maka ia ikuti pula dan ia mendapatkan hal yang
sangat berharga dalam hidupnya.
Untuk membuat dirinya tetap istiqomah dalam berbuat kebaikan
kepada orang lain ia selalu berdoa kepada Allah agar tetap bisa melakukan
kebaikannya dengan penuh keikhlasan. Bahkan dia mengakui godaan terberat bukan
dari luar tetapi dari dalam dirinya yang terkadang membuat hatinya terganggu
karena itu. “Saya berusaha berlindung dari godaan syetan yang terkutuk yang
selalu mengganggu agar apa yang saya lakukan itu tak memiliki arti,” terang
lelaki yang memiliki makanan favorit seluruh makanan yang telah dihalalkan oleh
Allah.
Dokter
lulusan S1 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, lulus sebagai Dokter
Spesialis Bedah dari UNPAD dan lulus S3 di Unair berpesan kepada siapapun
mesti menyadari dalam harta yang dimiliki ada hak untuk bagi orang. Marilah
kita berbagi dengan harta atau apa saja yang bisa dibagikan bagi orang. “Kalau
bisa apa yang dilakukan itu, jangan mengharapkan sesuatu balasan dari kebaikan
yang kita lakukan. Baiknya kita adalah melakukannya secara ikhlas mengharap
kebaikan dari Allah saja dan jelas semua yang dilakukan itu harus berdasarkan
ilmunya juga,” pungkasnya dalam sebuah kesempatan yang penuh keberkahan.***(TIM MUTIARA YATIM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar